Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Potensi Sampah

ARSITEKA | Produsen Maket Diorama

Jl. Melati 2 Blok A7/8 Bukit Cengkeh Berbunga Sukmajaya, Depok
08121-3301-464
Sampah telah menjelma menjadi sumber persoalan. Keberadaan sampah yang tidak terkontrol dengan baik menimbulkan beragam permasalahan dan dampaknya terhadap lingkungan seperti polusi tanah, polusi air, dan polusi udara. Disamping itu penanganan sampah yang kurang baik menyebabkan seorang walikota diberhentikan dari jabatan oleh legislative daerah seperti yang terjadi di Surabaya. Sedang di Jakarta, gara-gara sampah, pihak pemerintah propinsi Jakarta sempat bersitegang dengan pemerintah kabupaten Bekasi menyangkut soal tempat pembuangan sampah.

Permasalahan sampah di Indonesia merupakan salah satu dari berbagai masalah yang belum diselesaikan oleh pemerintah Indonesia, dan hampir di setiap daerah mengalaminya, khususnya di kota-kota besar. Selain kurangnya fasilitas dalam penanganan sampah tersebut, kesadaran masyarakat akan lingkungan masih relatif rendah. Selama ini penanganan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) hanya dengan melakukan pembakaran, padahal pembakaran akan menambah polusi udara akibat dari asap dan bau yang ditimbulkannya.

Sampah, selama ini memang lebih dibicarakan sebagai penyebab berbagai persoalan. Padahal, ternyata sampah juga memiliki nilai ekonomis. Tak hanya bagi pemulung, namun sampah juga bisa bermanfaat untuk batubata, pupuk serta yang paling terbaru untuk bahan bakar pembangkit listrik. Disejumlah negara ‘PLTU sampah’ ini sudah menghasilkan listrik.

Misalnya di Korea Selatan, telah beroperasi sebuah pembangkit listrik berbahan bakar sampah dengan kapasitas sebesar 2x15,5 MW. Sedangkan di Cina segera beroperasi pembangkit listrik serupa dengan kemampuan 3x27 MW di Nan Shan dan berkapasitas 3x27 MW di Bao An. Sebelumnya di Jepang juga telah beroperasi pembangkit listrik berbahan bakar sampah ini juga. Saat ini rencana pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar sampah ini sudah ada di Indonesia. pihak PT PLN yang memiliki rencana membangun PLTU ‘sampah’ di kawasan Marunda Jakarta Utara. Bahkan perusahaan listrik ini telah menyediakan lahan untuk pembangunannya. Untuk di Indonesia kita ambil saja contoh kota Jakarta, sampah yang berasal dari rumah tangga saat ini mencapai sekitar 10 ribu ton/hari. Jumlah ini menurut perhitungan David A-S Bachelor dari Seghers Group, perusahaan asal Belgia yang bergerak dalam pengolahan sampah, memiliki potensi yang bisa untuk membangkitkan listrik sebesar sekitar 5x35 MW.

Dalam proses kerja pembangkit listrik berbahan bakar sampah ini tahap pertama yang dilakukan adalah proses penghancuran sekaligus pemilahan terhadap sampah. Pembakaran sampah dilakukan sambil diayak. Cara ini memungkinkan hasil pembakaran yang efisien karena bahan bakar sampah dibakar sesuai dengan kadar kandungan kalorinya. Disana akan didapat jenis sampah yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar dan jenis sampah yang tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar melainkan dapat didaur ulang (untuk keperluan lain), misalnya untuk bahan pupuk atau bahan penimbun bangunan. Jenis sampah yang digunakan sebagai bahan bakar hasil dari pembakarannya akan menghasilkan suatu panas/energi yang kemudian digunakan sebagai pembangkit listrik.

Walaupun demikian proses kerja pembangkit listrik berbahan bakar sampah ini tetap berusaha meminimalkan gas buang yang mengandung bahan beracun terlepas ke udara. Dengan adanya proses penyaringan di tabung udara gas buang, peralatan pembersih gas buang tersebut memanfaatkan teknologi reaktor semi basah yang mampu mereduksi kandungan HCl sebesar 99% dan SO2 sebesar 90%.

Dari proses kerja diatas, pembangunan ‘PLTU sampah’ juga akan mendidik masyarakat. Sebab salah satu tuntutan pengolahan sampah untuk pembangkit listrik adalah dilakukannya pemisahan jenis-jenis sampah, misalnya sampah basah dan sampah kering. Tuntutan semacam inilah yang bisa membiasakan masyarakat memisahkan jenis-jenis sampah.

Pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar dari sampah rumah tangga maupun dari industri itu hingga kini hampir tidak menimbulkan permasalahan. Bahkan terus mampu menghasilkan energi listrik yang mampu memasok kebutuhan listrik bagi masyarakat setempat. Pilihan sampah sebagai bahan bakar pembangkit listrik merupakan sedikit titik cerah bagi diversifikasi bahan bakar dimasa mendatang.